“Football is
an art, like dancing is an art – but only when it’s well done does it become an
art – “
Sepakbola. Sebuah mahakarya terindah umat manusia. Bagai sebuah tarian gemulai
di Bolshoi Theatre, Rusia dan Teater Tosca nan menawan di Bregenz, Austria,
sepakbola akan selalu mempesona jutaan pasang mata di seluruh dunia. Ini bukan
sekedar tekel keras atau umpatan kasar, tapi lebih dari itu. Sepakbola berhasil
memadukan tarian olah bola yang indah dan semi-drama yang tersaji di panggung
berukuran 90 x 120 meter itu.
Seperti halnya karya seni, sepakbola lahir dari kebudayaan yang berkembang
di suatu negara. Beberapa faktor seperti iklim, sosial budaya, dan kondisi
ekonomi turut mempengaruhi gaya permainan tim sepakbola di suatu liga. Di
Inggris, kita mengenal kultur sepakbola ofensif dengan determinasi tingkat
tinggi yang disebut Kick and Rush.
Gaya permainan ini diyakini sebagai akibat dari iklim dingin di Inggris.
Sebagai catatan, cuaca dingin cenderung membuat pesepakbola bermain lebih cepat
karena jika tidak maka hawa dingin akan membekukan otot mereka. Ini juga
didorong oleh orang inggris yang malas menonton permainan sepakbola dengan
kontrol berlama-lama. Mengapa? Karena menurut mereka hanya akan mengundang
kesalahan dari para pemainnya.
Sebaliknya di Italia, yang beriklim lebih hangat memperagakan sepakbola
ofensif dengan “pertahanan gerendel” yang disebut Catenaccio. Catenacio lahir karena orang italia yang lebih menikmati
skill dan sepakbola indah. Ini adalah suatu bukti bahwa walaupun berupa satu
cabang olahraga, namun sepakbola memiliki ciri khas berbeda karena dipengaruhi
oleh kondisi geografis dan sosial budaya yang menghasilkan keberagaman teknik
dan strategi.