“Wo, main kelereng yok”
“Dimana? Capek nih... Mending
kita main pe-es an. Noh, di warnet bang Juno. Katanya game CS sekarang ada seri
balap juga lo..”
“Masak sih? Ayo deh...”
Begitulah sepenggal percakapan antara Aldi dan Bowo. Dua
bocah ingusan dan kurapan ini lebih milih main game online daripada main
kelereng. Ini adalah sedikit cerminan perilaku anak zaman sekarang.
Sebelum
globalisasi “menggila”, anak muda indonesia enggak lincah, ceria, dan sopan
lagi kaya dulu. Lihat aja tuh si Aldi dan Bowo, mereka malah asik ngejogrok di
warnet ber jam-jam, sambil sesekali misuh – misuh kasar waktu jagoannya kalah.
Banyak banget gambaran berbeda yang kita rasakan tentang generasi zaman sekarang. Kalo generasi zaman dulu lebih suka baca buku di perpustakaan, generasi zaman sekarang lebih suka baca posting orang di medsos, kalo dulu gaya pacarannya secara malu-malu, sekarang gaya pacarannya malu-maluin, kalo dulu ada komunitas remaja masjid, sekarang berubah jadi komunitas alay atau cabe-cabean. Pokoknya, banyak deh kelakuan anak zaman sekarang yang aneh bin ajaib. Tapi anehnya juga, banyak orang yang menanggapi wajar “penyimpangan” remaja ini
Banyak banget gambaran berbeda yang kita rasakan tentang generasi zaman sekarang. Kalo generasi zaman dulu lebih suka baca buku di perpustakaan, generasi zaman sekarang lebih suka baca posting orang di medsos, kalo dulu gaya pacarannya secara malu-malu, sekarang gaya pacarannya malu-maluin, kalo dulu ada komunitas remaja masjid, sekarang berubah jadi komunitas alay atau cabe-cabean. Pokoknya, banyak deh kelakuan anak zaman sekarang yang aneh bin ajaib. Tapi anehnya juga, banyak orang yang menanggapi wajar “penyimpangan” remaja ini
Eh, siapa sih generasi zaman sekarang itu?
Ya kamu-kamu semua, pemuda pemudi harapan bangsa yang kelak
akan menjadi generasi penerus bangsa ini. Generasi penerus yang akan menjawab
segala tantangan zaman. Ya kamu-kamu semua yang lagi duduk ongkang-ongkang kaki
lagi main gedget di kursi.
Nah, berdasarkan 10% pengamatan dan
90% kesotoyan saya, saya menemukan beberapa karakter dari generasi anak-anak
zaman sekarang. Beberapa diantaranya merupakan realita yang mudah ditemukan
disekitar kita. Ini dia...
Anak SD sekarang udah kenal
cinta-cintaan, anak SMP sekarang udah mulai pacar pacaran, anak SMA sekarang udah
berani main kawin-kawinan. Mereka (kita!) selalu menganggap pacaran adalah
kewajiban dan jomblo adalah sebuah gelar yang hina sehingga mati-matian deh
punya pacar biar bisa ngapel/diapelin pas malam minggu.
Pacaran jadi segala-galanya. Otaknya
lebih suka menganalisis gebetan dan pacar ketimbang menganalisis rumus dasar
trigonometri biar bisa bikin rumus matematika baru. Pokoknya yang ada di dalam
pikiran remaja sekarang ini adalah: Nggak pacaran, nggak asik. Nggak pacaran,
nggak hidup. Nggak pacaran, nggak gaul.
Pergi ke Star Bucks yang di foto
gelasnya, trus di upload ke Path, Instagram, Alasannya sih biar tetap eksis
ngalahin artis-artis ibukota. Pengen narsis langsung selfie, trus langsung di
upload ke Facebook, Twitter.
Kalo mereka laper? Enggak perlu nyari
makan, megang hape aja dulu, terus update dulu di Path kalau lagi laper-terus
pingsan kelaperan. Kalo Kebelet pipis? Nggak perlu nyari wc, megang hape aja
dulu, update kebelet pipis-terus sakit ginjal.
Generasi zaman sekarang lebih seneng
megang hape sampe berdarah-darah buat update ini itu ketimbang megang prinsip
kalo suatu saat bisa sukses.
Pengen tampil beda, roknya dipendekin
trus pake anting-anting panjang sampe menyentuh tanah. Pengen tampil gaya, pake
motor knalpot rombeng biar menarik perhatian cewek-cewek trus kebut-kebutan di
jalan raya, jatuh, nangis! Pengen tampil jagoan, ikut tawuran walaupun enggak
tau masalahnya apa. Haduuh... parah banget!
Anak muda sekarang enggak peduli lagi
apa yang mereka lakukan sangat merugikan baik bagi diri mereka sendiri maupun
orang lain. yang penting bagi mereka adalah eksis duluan dengan jalan yang “sesat”.
Bershka
diskon, beli sepatu, Stradivarius diskon, beli baju, New Look diskon, beli tas,
H&M diskon beli aksesoris, tiket Garuda diskon yang dibeli pesawat
terbangnya.
Pura-pura aja enggak ngeliat kalo ada pengemis yang 3 hari enggak makan lagi minta-minta.
Pura-pura aja enggak ngeliat kalo ada pengemis yang 3 hari enggak makan lagi minta-minta.
Konsumtif banget! Mereka enggak memandang barang sebagai kebutuhan lagi, tapi hanya kepengen biar selalu tampil modis dan gaya. Berton – ton uang mereka habiskan hanya untuk memenuhi nafsu dan prestise sesaat. Uang seakan enggak punya nilai lagi. Huh... coba seandainya uangnya buat disumbang atau ditabung, kan lebih bernilai.
Membantah orang tua waktu diingetin
salah, memaki orang tua waktu keinginan enggak dipenuhi, dan mogok makan sambil
jahit mulut gara-gara enggak dibeliin motor. Kasian kan orang tua kalian kalo
kayak gini...
Pake bedak sampe mukanya putih kayak
pasir, ngebentuk alis udah kayak clurit, rebonding rambut dari yang ikal jadi
lurus, enggak lupa rambutnya dikasih warna-warni. Jadi remaja yang umurnya 16
tahun kayak umur 21 tahun, umurnya 17 tahun kayak umur 25 tahun, umurnya 18
tahun kayak umur 30 tahun, umur 19 tahun kayak umur 35 tahun, umur 20 tahun
kayak umur 40 tahun, umur 25 tahun kayak orang dalam kubur. Serem banget, guys.
Jadi dewasanya pelan-pelan ajalah. Ngapain buru-buru sih?
Di zaman semuanya serba mudah
didapetin, bikin generasi sekarang pengennya serba instan. Males belajar, bikin
contekan di jidat guru. Pengen cantik, dipakai tuh bedak tiga kilo sama parfum
tiga liter. Pengen jadi terkenal, bikin video mesum 3gp trus disebarin di
internet. Pengen cepet kaya, langsung deh ngepet atau curi motor tetangga
langsung dapet duit banyak.
Disini saya enggak pengen terkesan menggurui atau menghakimi,
hanya sekedar mengingatkan bahwa generasi kita sedang menuju ke arah Lost Generation. Lost
generation atau generasi yang hilang adalah generasi yang berisikan pemuda yang
tidak memiliki ideologi, pemuda yang mengagungkan Pop Culture (Budaya Barat)
dibandingkan budaya lokal, pemuda yang merusak dirinya sendiri, pemuda yang
tidak tahu sopan santun, pemudi yang rela menjual keperawanannya demi
eksistensi diri, pemuda yang vandalis, dan pemuda yang dibutakan harta.
Kebayang enggak kalo generasi kalian aja kayak gini? Gimana
dengan generasi anak-cucu kita nanti?
Sudah saatnya nih kita sendiri yang bergerak untuk membangun
generasi kita berjalan kearah yang lebih baik. Caranya gimana dong? Dari yang
simpel aja dulu seperti membiasakan diri untuk tidak tergantung sepenuhnya dengan
gedget. Di sekitar kita banyak kok yang lebih penting dan bernilai daripada
trus mantengin layar gadget. Ikut kerja bakti di lingkungan tempat tinggal juga
bermanfaat tuh gan, selain untuk menambah kekerabatan dengan tetangga, itu juga
tindakan nyata kepedulianmu pada lingkungan.
Pengen terkenal? Enggak usah deh ikut komunitas aneh-aneh.
Kita bisa memulainya dengan belajar yang rajin dan serius. Siapa tahu kita bisa
berinovasi menemukan penemuan-penemuan baru ngalahin Albert Einstein atau
Thomas Alva Edison. Selain bisa bikin bangga diri sendiri, guru-guru satu
sekolah, dan terutama orangtuamu juga ikut bangga!
Lalu kita juga harus mulai membiasakan diri dengan gaya hidup
sederhana, kalau ada kelebihan uang, mending uangnya kita tabung untuk bekal
dihari tua nanti. Dan akan lebih bernilai lagi jika uangnya untuk disumbangkan kepada
yang lebih membutuhkan.
Semua tindakan kecil ini sangat penting untuk membangun
generasi berkualitas. Dari tindakan kecil ini kita bisa saling mengingatkan
keteman-teman kita bahwa banyak hal-hal positif yang bisa kita lakukan selagi
kita masih muda. Yang nantinya bisa membuat langkah kecil kita ini bisa menjadi
perubahan buat bangsa yang jauh lebih baik kedepannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar