Pandangan masyarakat awam tentang
sel penjara adalah sempit, kecil, dan panas. Namun, hal ini tidak berlaku bagi
penjara penjara terpidana korupsi di Indonesia. Berita terhangat adalah ketika
Tim Mata Najwa Metro TV yang dipimpin oleh wamenkumham, Deny Indrayana
melakukan sidak di penjara Sukamiskin, Bandung, Jawa Barat.
Tidak seperti namanya
“Sukamiskin” yang diibaratkan bakal memiskinkan koruptor, penjara ini memiliki
fasilitas mewah dan para napi bebas keluar masuk komplek penjara. Sehingga host
fenomenal Najwa Sihab itu menyamakan penjara Sukamiskin seperti kamar kost atau
apartemen Harusnya penjara itu diganti saja ya namanya menjadi penjara
“Sukakaya” karena sipir penjaranya mendadak kaya karena hasil dari uang sogokan
para penghuninya.
Tidak hanya sekali ini saja lho
para terpidana korupsi kepergok dengan kemewahan di penjara. Sebelumnya,
terpidana kasus suap Artalyta Suryani juga tertangkap basah sedang menikmati
kemewahan hotel prodeo miliknya yang disulap layaknya hotel bintang lima!
Korupsi adalah bentuk kriminal
tingkat tinggi yang umumnya melibatkan elit politik. Sebagai wakil rakyat yang
sudah disumpah untuk membela kepentingan rakyat, eh, mereka malah mengkhianati
amanah rakyat dengan tilep sana tilep sini. Untuk itu diperlukan perlakuan
khusus untuk pejabat seperti ini. Ayolah, maling sandal aja kalo ketahuan
rame-rame digebukin, apalagi orang yang sudah mencuri duit negara puluhan
miliar?
Coba kita bandingkan dengan
hukuman tukang korup dinegara lain. di China saja, tersangka koruptor tidak
hanya dipenjara, tapi juga dihukum mati, sedangkan di Arab Saudi, tersangka
koruptor dipotong tangannya. Nah, sedangkan di Indonesia, boro-boro dipotong
tangan, eh, yang dipotong malah masa penahanannya dengan memberikan grasi sana
sini.
Melihat fakta miris diatas, Indonesia
membutuhkan suatu komplek penjara khusus koruptor yang harus menimbulkan efek
jera demi memutuskan generasi penerus korupsi. Letak dari penjara khusus
tahanan KPK ini hendaknya berada jauh dari pusat pemerintahan negara, yaitu
Jakarta.
Kondisi ini agar para terpidana
tidak lagi bersentuhan dengan dunia politik untuk memperkecil peluang mereka
melakukan kejahatan negara lagi. Tempat paling strategis untuk pembanguan
penjara ini adalah di Indonesia Timur. Tepatnya di pulau Buru, sebelah barat
Maluku Tengah.
Pulau berbukit-bukit ini dulunya
adalah tempat pengasingan sejumlah "buangan politik" pada masa kudeta PKI tahun 1965. Pulau ini memiliki luas 9.505 km2 dengan jumlah
penduduk 135.000 jiwa (Data tahun 2009). Sebenarnya pulau ini sudah beberapa
kali dijadikan tempat “buangan politik”. Hingga masa pemerintahan
orde baru, tempat ini dijadikan sebagai tempat pengasingan bagi para tahanan
politik.
Diruntut dari sejarahnya, pulau ini
memiliki akar sejarah yang kuat bagi para buangan politik dan pengasingan
sehingga cocok sekali untuk menahan dan mengasingkan para koruptor kecil maupun
kelas kakap.
Biaya pembangunan dan operasional
dari penjara ini hendaknya berasal dari harta rampasan tersangka korupsi serta
hasil lelang barang barang mewah milik mereka. Jadi slogan yang sangat cocok
bagi penjara ini adalah “Dari koruptor... Oleh Koruptor...Untuk Koruptor”!
Tidak hanya fasilitas, Sipir penjara
harus dididik menjadi petugas anti-suap dengan pendidikan dan pelatihan yang
ketat sebelum masa kerjanya. Larangan dan pengawasan yang ketat diterapkan
kepada mereka.
Pengawasan ketat dari luar penjara |
Hotel Prodeo Bintang 5 |
Ini baru yang namanya kamar penjara... |
Inilah sekilas gambaran tentang
penjara idaman para koruptor yang mewah dan memiliki fasilitas anti-suap.
Selain untuk menimbulkan efek
jera, pembangunan penjara ini juga dapat mendukung salah satu program
pemerintah yaitu Masterplain Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi
Daerah tertinggal di Indonesia (MP3EI). Jadi, selain fasilitas mewah untuk napi
berdasi diatas, penduduk sekitar pulau Buru juga akan mendapatkan lapangan
pekerjaan dari terbangunnya fasilitas diatas.
Eniwei, saya yakin 100% kalo
pemerintah bakal menolak pembangunan penjara di luar pulau jawa ini mentah –
mentah, karena pemerintah itu ya calon koruptor itu sendiri. Mereka terlalu
takut untuk berpisah dengan euforia politik dan glamornya kehidupan di Jakarta
yang sudah membuat mereka kaya dan hidup enak. Dengan berkedok melanggar Hak
Asasi Manusia dan pasal pasal yang mereka buat sendiri, rencana mulia ini pasti
akan menguap begitu saja dan korupsi akan semakin menggila.
Seandainya saja penjara diatas benar-benar
dibangun, pasti para calon koruptor akan berpikir ulang untuk melakukan kejahatan,
sistem peradilan yang dipercayai rakyat, KPK juga bakal makin bersemangat untuk
memburu para tikus-tikus berdasi, dan tentunya negara kita ini akan bebas meneruskan perjuangan pendahulunya untuk
memajukan negeri ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar