Jumat, 31 Oktober 2014

Mangrove Untuk Kehidupan

Salah satu bagian terpenting dari alam indonesia adalah wilayah pantai dan pesisir dengan garis pantai sepanjang 81.000 km atau ke-2 terpanjang di dunia. Wilayah pantai dan pesisir memiliki arti yang strategis karena merupakan wilayah interaksi atau pertemuan antara ekosistem darat dan laut yang memiliki sifat dan ciri yang unik, dan mengandung produksi biologi cukup besar.

Wilayah pesisir merupakan ekosistem transisi yang dipengaruhi daratan dan lautan yang mencakup beberapa ekosistem, salah satunya adalah ekosistem hutan magrove. Hutan mangrove atau hutan bakau merupakan ekosistem utama pendukung kehidupan penting di wilayah pesisir dan kelautan. Tanaman ini berfungsi untuk mencegah dan menanggulangi tergerusnya pesisir dari gelombang air laut. Tanaman ini tidak membutuhkan perawatan khusus dan mudah tumbuh di pesisir laut manapun.


Ekosistem Mangrove merupakan sebuah lingkungan dengan ciri khusus, yaitu lantai hutannya yang digenangi oleh air dengan tingkat salinitas (kadar garam) yang fluktuasi karena permukaan air tersebut sangat dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Ekosistem mangrove ini sebenarnya masuk ke dalam lingkup ekosistem pantai sebab terletak di kawasan perbatasan laut dan juga darat. Hutan mangrove, sebagai sebuah hutan yang tumbuh di wilayah pasang dan surut akan tergenang air di saat pasang dan akan bebas dari genangan air saat air surut. Ekosistem yang ada di dalam hutan mangrove ini sangat adaptif terhadap kadar garam air laut. Sebagai sebuah ekosistem, hutan mangrove terdiri dari beragam organisme yang juga saling berinteraksi satu sama lainnya.

Ekosistem Mangrove

Apa manfaat mangrove untuk kehidupan?
Hutan mangrove merupakan sumber daya alam tropis yang mempunyai manfaat ganda baik dari aspek sosial ekonomi maupun ekologi. Besarnya peranan ekosistem hutan mangrove bagi kehidupan dapat diketahui dari banyaknya jenis hewan baik yang hidup di perairan, diatas lahan maupun di tajuk- tajuk pohon mangrove atau manusia yang bergantung pada hutan mangrove tersebut. Manfaat ekonomis diantaranya terdiri atas hasil berupa kayu (kayu bakar, arang, kayu konstruksi) dan hasil bukan kayu (hasil hutan dan pariwisata). Manfaat ekologis, yang terdiri atas berbagai fungsi lindungan baik bagi lingkungan ekosistem daratan dan lautan maupun habitat berbagai jenis fauna, diantaranya:
  1. Sebagai proteksi dari abrasi/erosi, gelombang atau angin kencang
  2. Pengendali abrasi dan intrusi air laut
  3. Habitat berbagai jenis fauna
  4. Sebagai tempat mencari makan, memijah dan berkembang biak berbagai jenis ikan dan udang
  5. Pembangunan lahan melalui proses sedimentasi
  6. Pengontrol penyakit malaria
  7. Memelihara kualitas air (meredukasi polutan, pencemar air)
  8. Penyerap CO2 dan penghasil O2 yang relatif tinggi disbanding tipe hutan lain.
Indonesia sendiri memiliki kawasan mangrove yang sangat luas, yaitu sekitar 3,7 juta hektar. Sekedar info nih, Indonesia merupakan negara yang memiliki hutan magrove terluas di dunia, yaitu 19% dari total luas keseluruhan.

Peta Persebaran Mangrove di Indonesia (tahun 2005)

Selain itu, mangrove Indonesia memiliki vegetasi hutan mangrove dengan keragaman jenis yang tinggi. Jumlah jenis yang tercatat mencapai 202 jenis yang terdiri dari 89 jenis pohon, 5 jenis palem, 19 jenis liana, 44 jenis epifit, dan 1 jenis sikas. Terdapat sekitar 47 jenis vegetasi yang spesifik hutan mangrove. Sebaran mangrove di Indonesia terutama di wilayah pesisir Sumatera, Kalimantan dan Papua. Sayangnya, Luas penyebaran mangrove terus mengalami penurunan dari 4,25 juta hektar pada tahun 1982 menjadi sekitar 3,24 juta hektar pada tahun 1987, dan tersisa seluas 2,50 juta hektar pada tahun 1993.

Kenapa bisa begitu?

Kecenderungan penurunan tersebut terjadi sekitar 200 ribu hektar/tahun. Penyebabnya antara lain adalah: pembukaan lahan atau konversi hutan menjadi kawasan pertambakan, permukiman, industri dan lain- lain. Selain konversi, kerusakan hutan mangrove juga terjadi akibat pemanfaatan yang intensif untuk kayu bakar, bahan bangunan, pemanfaatan daun mangrove sebagai makanan ternak, serta penambangan pasir laut di sepanjang pantai bagian depan kawasan mangrove. (Sumber: National Geographic Indonesia. Mei 2012)

Beberapa data menunjukkan bahwa kerusakan dan penyusutan luas hutan mangrove Indonesia terus terjadi. Pada tahun 1982 Indonesia masih memiliki 5.209.543 ha hutan mangrove, namun di tahun 1992 jumlahnya telah menjadi 2.496.185 ha. Pada tahun 1985, pulau Jawa telah kehilangan 70% hutan mangrovenya. Luas hutan mangrove di Sulawesi Selatan berkurang dari 110.000 ha pada tahun 1965 menjadi 30.000 ha pada tahun1985. Sedangkan Teluk Bintuni (Papua) masih terdapat 300.000 ha mangrove, namun kini terus menerus mengalami tekanan, sebagaimana terjadi pula di delta Sungai Mahakam dan pesisir Kabupaten Berau, Kalimantan Timur.

Mangrove kini…

Ekosistem mangrove yang rusak dapat dipulihkan dengan cara restorasi/rehabilitasi. Restorasi dipahami sebagai usaha mengembalikan kondisi lingkungan kepada kondisi semula secara alami. Campur tangan manusia diusahakan sekecil mungkin terutama dalam memaksakan keinginan untuk menumbuhkan jenis mangrove tertentu menurut yang dipahami/diingini manusia. Dengan demikian, usaha restorasi semestinya mengandung makna memberi jalan/peluang kepada alam untuk mengatur/memulihkan dirinya sendiri. Kita manusia pelaku mencoba membuka jalan dan peluang serta mempercepat proses pemulihan terutama karena dalam beberapa kondisi, kegiatan restorasi secara fisik akan lebih murah dibanding kita memaksakan usaha penanaman mangrove secara langsung.

Reklamasi mangrove

Apabila tidak ada usaha untuk mencegah kerusakan, serta tak ada usaha untuk mengembalikan kondisi hutan mangrove, maka lingkungan pesisir Indonesia akan semakin mengkhawatirkan bagi kehidupan. Bahkan, perekonomian penduduk pesisir yang bergantung pada ekosistem mangrove juga akan semakin sulit. Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan masyarakat untuk melestarikan mangrove adalah melalui penanaman atau rehabilitasi mangrove.

Dengan rehabilitasi hutan mangrove, diharapkan fungsi pengaturan tata air dapat ditingkatkan, polusi dan intrusi air laut dapat dicegah, pantai dilindungi dari abrasi, banjir, dan habitat biota laut  bisa dipertahankan. Hutan bakau amat penting untuk menjaga kelestarian alam. Disamping sebagai tempat pemijahan bagi beberapa jenis ikan dan udang, juga berfungsi untuk menjernihkan air laut dari sedimen sehingga keindahan terumbu karang dapat dinikmati.




 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar