Minggu, 13 Desember 2015

Mengenal Kabupaten Tertinggi di Indonesia



Kabupaten apa yang secara geografis tertinggi di Indonesia?

Hayoo... ada yang bisa jawab enggak nih? Saya yakin, beberapa dari kalian belum tentu bisa menjawab karena buku pelajaran geografi pun juga tidak ada yang membahasnya, kan?. Ehehehe...

Kalian perlu tahu nih, kabupaten tertinggi di Indonesia adalah Kabupaten Puncak Jaya yang berada di Provinsi Papua Barat. Kabupaten ini berada di ketinggian antara 300-4500 mdpl (meter diatas permukaan laut), menjadikannya sebagai kabupaten tertinggi di Indonesia. Puncak  Jayawijaya (4.884 mdpl) yang masih diselimuti es termasuk ke dalam wilayah kabupaten ini.



Kabupaten Puncak Jaya sendiri sebenarnya adalah hasil dari pemekaran Kabupaten Paniai. Hingga pada tanggal 8 oktober 1996 pemerintah mengambil keputusan untuk memekarkan daerah ini menjadi sebuah kabupaten mandiri. Oh ya... Kabupaten Puncak Jaya adalah salah satu kabupaten di Papua yang wilayahnya tidak bersentuhan dengan laut. 


Secara umum, Kabupaten Puncak Jaya berada di dataran tinggi dengan rincian 29% dari Kabupaten ini berada di ketinggian 2.000 mdpl. Sedangkan 39% nya berada di ketinggian lebih rendah, yaitu 500 mdpl dari total luas wilayah ini.

Dari hasil pemekaran tahun 1996, Kabupaten Puncak Jaya terbagi ke dalam 8 kecamatan (distrik) yang beribukota di Kota Mulia. Kota Mulia sendiri berada di ketinggian sekitar 2.448 mdpl. Dengan suhu rata-rata 70 C pada malam dan kabut tebal yang sering terjadi pada pagi dan sore hari. Kebayang dinginnya gimana... Brrrr!




Pemandangan Kota Mulia dari atas (atas) dan salah satu sudut pasar di Kota Mulia (bawah), Kota Mulia dan sebagian distrik lainnya berada di lereng-lereng pegunungan tengah dengan ketinggian ± mdpl, sebuah negeri di atas awan.

Penduduk Kabupaten Puncak Jaya terdiri dari suku asli dan suku pendatang. Suku asli terdiri dari Suku Dani, Suku Damal, Suku Wano dan Suku Nduga. Mereka termasuk dalam ras Melanesia yang satu rumpun dengan suku di Nusa Tenggara dan negara-negara Pasifik Selatan. Sedangkan warga pendatang kebanyakan berasal dari Jawa dan Makassar.

Mata pencaharian mereka bervariasi mulai dari bercocok tanam, membuat kerajinan tangan, berdagang, dan sisanya sebagai pegawai pemerintahan. Pertanian adalah sektor terpenting sebagai penggerak ekonomi di kabupaten ini. Tercatat, pertanian menyumbang kontribusi 35, 78% dari total pendapatan asli daerah Kabupaten Puncak jaya [data tahun 2010].

Jenis tanaman yang dihasilkan umumnya adalah jenis tanaman palawija seperti ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, buah merah, kedelai, dan sayur-sayuran. Selain itu penduduk setempat juga mengembangkan tanaman hortikultura seperti kol, wortel, kentang, dan buncis. Selain itu, sektor perkebunan seperti apel, anggur dan markisa. Setiap pagi, warga asli berdatangan ke pasar untuk menjual hasil bumi mereka.

Sayangnya, predikat “tertinggi” kabupaten Puncak jaya tidak sebanding dengan taraf hidup penduduknya yang masih sangat rendah dibandingkan dengan kabupaten lain di Indonesia, bahkan di Papua sendiri. Krisis listrik, sarana transportasi yang minim, hingga pelayanan pendidikan dan kesehatan yang tak merata membuat penduduk Puncak Jaya terjebak dalam kemiskinan dan keterbelakangan. Penduduk disana hanya memiliki pendapatan rata-rata $ 2 per hari atau tak lebih dari Rp. 20.000. [dok. Metro Tv].

Hal ini diperparah dengan mahalnya harga kebutuhan pokok di Puncak Jaya akibat sulitnya akses distribusi barang. Jalur transportasi darat yang panjang dan berbahaya membuat transportasi udara menjadi satu-satunya pilihan efektif dan efisien yang bisa diandalkan.

Bandar udara Mulia, dengan panjang landasan pacu 560 m, yang terletak di lembah pegunungan menjadi satu-satunya akses komoditi di kabupaten ini. Dari bandara Mulia, pasokan barang datang silih berganti mengalirkan barang pokok yang tidak bisa dipenuhi oleh 8 distrik di Kabupaten Puncak.


“Tidak ada jalur darat, jadi semua harus dengan pesawat. Semua bangunan (bahannya) didatangkan dari pesawat. Pesawatnya tidak besar, bisa memuat 1 ton 100 kg. Dan harga kebutuhan yang paling mahal adalah di Puncak jaya ini. Sehingga kami sedih juga mau bilang apa” Bupati Puncak jaya Henok Ibo (2013-2018).

Tingginya biaya angkut komoditas berujung pada mahalnya harga di tingkat pengecer. Seorang pedagang kebutuhan pokok misalnya, dalam sekali belanja dari Timika, harus merogoh modal hingga 27 juta rupiah. Jika rata-rata seorang pedagang memesan 1,3 ton belanjaan untuk diangkut sebuah pesawat, biaya itu hanya untuk ongkos kirim barang. Bisa dibayangkan betapa mahalnya harga jual barang kepada konsumen.

Perbandingan harga barang di Jawa (umumnya) dan di Puncak Jaya

Kebutuhan Pokok
Di Jawa
Di Puncak Jaya

Air kemasan

Garam

Bensin (per liter)

Semen (per sak)

Minyak Goreng

Bakso :D


Rp. 2.000

Rp. 2.000

Rp. 6.500

Rp. 60.000

Rp. 11.000

Rp. 7.000

Rp. 25.000

Rp. 10.000

Rp. 50.000

Rp. 1.000.000

Rp. 30.000

Rp. 25.000











                                                                                                          
[dok. Metro tv]

Well, ternyata sebutan “tertinggi” sangat kontradiktif jika dibandingkan dengan kondisi masyarakat disana. Harga kebutuhan pokok yang sangat tinggi dan terbatasnya sarana dan prasarana adalah permasalahan akut dari kabupaten ini. Enggak heran jika taraf hidup penduduk Puncak Jaya rendah, itu karena harga komoditas yang tinggi sedangkan pendapatan rata-rata masih sangat rendah.

Jika kita runut kebelakang, transportasi adalah masalah krusial yang menyebabkan tertinggalnya kabupaten ini. Jalur darat menembus gunung dan hutan dan jalur udara yang sangat tergantung dengan cuaca membuat Puncak Jaya terisolir dari kabupaten lain. Pernah suatu ketika, buapti menguslkan untuk dibangun KERETA GANTUNG yang menghubungkan Puncak Jaya dengan kabupaten lain dibawahnya. Ide ini memang muncul karena rasa putus asa melihat buruknya sarana transportasi menuju Puncak Jaya. Namun, masyarakat tetap optimis akan dibangunnya transportasi yang layak dikemudian hari. Jika hal ini terwujud, maka roda perekonomian di Puncak Jaya akan berputar dan kabupaten ini kembali menjadi kabupaten “tertinggi” di Papua.

Well, demikianlah persembahan kecilku untuk kabupaten “tertinggi” di Indonesia. Sebuah negeri di atas awan yang terlupakan – atau dilupakan – oleh banyak orang. Betapapun luasnya laut dan tingginya gunung yang memisahkan Puncak jaya. Kabupaten ini selamanya adalah Indonesia.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar