Kalo ngomongin ikan hiu, yang terbayang adalah seekor ikan buas, galak, dan
enggak bersahabat. Yap, hiu memang rajanya lautan. Penghuni dasar laut pasti
segen kalo berpapasan dengan predator ini. Tapi toh, cuma di lautan doang. Karena
ada makhluk berakal yang berani menghabisi hiu-hiu ini tanpa berpri-kehewanan. Siapa lagi kalau bukan manusia. Kejamnya lagi, manusia membantai mereka hanya untuk
dijadikan sup anget!
Dijadikan sup anget? Gimana ceritanya?
Jadi ikan hiu diburu karena siripnya yang kemudian bakal dijadiin sup.
Konon, sup sirip hiu berkhasiat meningkatkan vitalitas, meningkatkan kualitas
kulit, dan beragam manfaat kesehatan lainnya. Karena kelangkaannya, harga satu
mangkuk sup hiu di restoran mewah bisa sampai US$ 100 atau 13 juta rupiah! Dengan
harganya yang selangit itu nelayan nelayan Indonesia jadi tergoda untuk
memburunya. Waduuh...
Penangkapan hiu di Lampulo, Aceh |
Eksploitasi besar-besaran ikan ini membuat populasi hiu berkurang drastis
dalam beberapa dekade terakhir. Diperkirakan lebih dari 100 juta hiu dibunuh
tiap tahunnya demi uang dan keegoisan semata.
Padahal hiu penting banget dalam keseimbangan ekosistem laut. Kepunahan hiu
(moga-moga enggak terjadi!) dipercaya bakal merusak ekosistem laut di muka
bumi.
Skema sederhana rantai makanan laut |
P.s : Klik gambar untuk ukuran yang lebih gede
Masih ingat pelajaran biologi tentang rantai makanan? Disitu digambarkan
skema makan-dimakan oleh organisme di muka bumi. Hiu berada di puncak rantai
makanan di laut. Jika posisi puncak tidak ada maka populasi hewan dibawahnya
bakal membludak dan ekosistem di laut bakal jadi kacau.
Nah, ketika terjadi kekacauan ekosistem ini kita juga bakal terkena
imbasnya. Bisa-bisa kita enggak pernah lagi menikmati seafood yang lezat.
Enggak ada lagi cumi goreng tepung yang nikmat. Enggak ada lagi ikan sarden
untuk para anak-anak kost yang kehabisan uang di tanggal tua. Apa enggak sedih
tuh?
Ironis banget yah? Dari statusnya yang dulu pemangsa sekarang malah
dimangsa. Segalak-galak dan seseram-seramnya hiu kan mereka makhluk hidup juga.
Makhluk hidup yang punya hak untuk hidup. Bukannya dibantai untuk mengisi perut
orang-orang kaya disana. Kalo suatu saat semua hiu punah, anak cucu kita dapat
apaan? Dapat kotorannya doang?
Nah, gimana nih? Masih cuek dengan keberlangsungan hiu di laut kita?
Sebagai manusia yang (masih) punya hati nurani, kita pastinya ingin keindahan
alam ini bisa dirasakan anak cucu kita nantinya. Peduli dengan makhluk hidup
bernama hiu adalah salah satunya.
Sebagai
individu dan konsumen, kita punya kekuatan untuk menciptakan perubahan. Banyak
kok caranya. Misalnya dengan
tidak mengkonsumsi daging hiu maupun produk-produk olahannya, menghindari
restoran yang menyediakan menu olahan hiu, sampai berpartisipasi dalam kampanye
penyelamatan hiu, baik secara online maupun secara nyata.
Kalo
kebetulan abah kamu nelayan yang tak sengaja jalanya terjaring ikan hiu, segera
suruh deh lepas kembali hiu itu, karena hiu bukanlah ikan yang harus dibasmi
dan dikonsumsi, melainkan hewan yang harus dijaga keberlangsungannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar