Apa benda pertama yang digenggam sebagian orang setelah bangun tidur? Gawai alias gedget.
Apa benda pertama yang digenggam sebagian orang sebelum tidur malam?
Gawai alias gedget.
Gedget, gawai, smartphone, ponsel pintar atau apapun namanya adalah sebuah inovasi
besar yang sukses merubah gaya hidup manusia. Hampir semua aspek kehidupan kita
dipengaruhi, tergantung, bahkan “dikendalikan” oleh benda nan imut ini.
Enggak berlebihan sih, karena segala macam kegiatan bisa kita lakukan
dengan smartphone bahkan ketika posisi mager
sekalipun. Mulai dari hal hal sederhana seperti berkirim pesan hingga hal hal
penting seperti memesan moda transportasi taksi maupun ojek, berbelanja,
memantau kondisi kesehatan atau bahkan mencari jodoh, mampu dieksekusi dengan
baik oleh smartphone ini. Maka tak heran smartphone telah menjelma bak asisten
pribadi manusia disegala urusan.
Kata orang botak... eh! Kata orang bijak, segala sesuatu yang berlebihan
itu tidak baik. Begitupun dengan kebiasaan kita menggunakan smartphone ini.
Faktanya, ternyata banyak dari kita yang terlalu berlebihan dalam
penggunaannya, seperti berlebihan sharing tentang masalah pribadi, berlebihan
dalam berbagi kabar dan informasi, dan yang paling parah adalah berlebihan
dalam penggunaannya hingga lupa waktu dan tempat. Nah loo...
Menurut data yang dirilis Press Examiner pada Kamis, 1 oktober 2015
kemarin, menunjukan bahwa negara negara Asia (termasuk Indonesia) terlalu
berlebihan dalam menggunakan smartphone hingga mendekati semacam gangguan
psikologis yang dinamakan Nomophobia.
Apa itu Nomophobia?
NOMOPHOBIA
No-mo-phobia (singkatan dari
no-mobile-phobia) adalah gangguan psikologis dimana penderitanya mengalami rasa
takut dan cemas apabila jauh dari ponsel atau gadgetnya.
Sang nomophobian biasanya selalu
terlihat menggenggam gadget ditangannya. Entah itu ber-sosmed-ria, bermain
game, atau sekedar mengutak-atik aplikasi. Saat ber-sosmed-ria apapun bisa
dijadikan status. Dari yang penting penting sampai yang super-duper enggak
penting, seperti ngetik status “OTW toilet” atau ikut ikutan update dengan
hashtag #belumcebok
Sedangkan game addicted biasanya khusyuk bermain game COC atau Candy Crush
hingga waktu terbuang sia-sia, pekerjaan tertunda tunda, ibadah jadi lupa, usia
semakin tua, dan matipun masuk neraka...
Naudzubilah min zalik!
Selain merugikan diri sendiri. entah disadari atau tidak, smartphone juga
berpengaruh buruk pada hubungan manusia-manusia. Pengguna smartphone cenderung
akan bersikap egois, sombong, narsis, dan acuh tak acuh pada keadaan
disekitarnya. Gejala-gejala tadi juga termasuk penderita nomophobia akut.
[sumber]
Nah... disini nih mulai terjadi kerancuan. Smartphone yang semestinya
diciptakan untuk mencerdaskan manusia karena kecanggihannya, justru malah
membuat bodoh manusia karena terlalu berlebihan dalam pemakaiannya.
Seberapapun canggihnya smartphone. Toh... benda ini hanyalah sebuah benda
mati yang tak bernyawa. Otak manusia saja yang terlanjur dimanjakan oleh segala
kecerdasannya. Dan hasilnya adalah apa yang terjadi sekarang ini dimana
smartphone semakin hari semakin cerdas tapi manusianya malah semakin bodoh.
Melihat pentingnya smartphone dalam keseharian kita rasanya tak mungkin deh
kita sama sekali lepas dari benda yang satu ini. Apalagi selama ini smartphone
sudah berjasa menjalin silahturahmi umat manusia dan beberapa diantaranya
berakhir di pelaminan. Coba kalian hitung berapa biji jomblo yang “dicomblangin”
lewat sosial media di smartphone? Udah enggak kehitung, broh!
Yang seharusnya kita lakukan adalah membatasi pengunaan gadget dan
konsekuen dalam menjalankannya. Jangan sampai smartphone yang katanya cerdas
itu malah justru membodohi kita dengan membuat kita malas dan menjauhkan kita
dari orang orang terdekat.
"Be Wise with Your Smartphone,
Guys”
karena waktu takkan terulang
q
Tidak ada komentar:
Posting Komentar