Minggu, 31 Januari 2016

Smartphone, Dump Users

















Apa benda pertama yang digenggam sebagian orang setelah bangun tidur? Gawai alias gedget.

Apa benda pertama yang digenggam sebagian orang sebelum tidur malam?
Gawai alias gedget.

Gedget, gawai, smartphone, ponsel pintar atau apapun namanya adalah sebuah inovasi besar yang sukses merubah gaya hidup manusia. Hampir semua aspek kehidupan kita dipengaruhi, tergantung, bahkan “dikendalikan” oleh benda nan imut ini.

Enggak berlebihan sih, karena segala macam kegiatan bisa kita lakukan dengan smartphone bahkan ketika posisi mager sekalipun. Mulai dari hal hal sederhana seperti berkirim pesan hingga hal hal penting seperti memesan moda transportasi taksi maupun ojek, berbelanja, memantau kondisi kesehatan atau bahkan mencari jodoh, mampu dieksekusi dengan baik oleh smartphone ini. Maka tak heran smartphone telah menjelma bak asisten pribadi manusia disegala urusan.

Kata orang botak... eh! Kata orang bijak, segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Begitupun dengan kebiasaan kita menggunakan smartphone ini. Faktanya, ternyata banyak dari kita yang terlalu berlebihan dalam penggunaannya, seperti berlebihan sharing tentang masalah pribadi, berlebihan dalam berbagi kabar dan informasi, dan yang paling parah adalah berlebihan dalam penggunaannya hingga lupa waktu dan tempat. Nah loo...


Menurut data yang dirilis Press Examiner pada Kamis, 1 oktober 2015 kemarin, menunjukan bahwa negara negara Asia (termasuk Indonesia) terlalu berlebihan dalam menggunakan smartphone hingga mendekati semacam gangguan psikologis yang dinamakan Nomophobia.


Apa itu Nomophobia?

NOMOPHOBIA





No-mo-phobia (singkatan dari no-mobile-phobia) adalah gangguan psikologis dimana penderitanya mengalami rasa takut dan cemas apabila jauh dari ponsel atau gadgetnya.

Sang nomophobian biasanya selalu terlihat menggenggam gadget ditangannya. Entah itu ber-sosmed-ria, bermain game, atau sekedar mengutak-atik aplikasi. Saat ber-sosmed-ria apapun bisa dijadikan status. Dari yang penting penting sampai yang super-duper enggak penting, seperti ngetik status “OTW toilet” atau ikut ikutan update dengan hashtag #belumcebok

Sedangkan game addicted biasanya khusyuk bermain game COC atau Candy Crush hingga waktu terbuang sia-sia, pekerjaan tertunda tunda, ibadah jadi lupa, usia semakin tua, dan matipun masuk neraka...

Naudzubilah min zalik!

Selain merugikan diri sendiri. entah disadari atau tidak, smartphone juga berpengaruh buruk pada hubungan manusia-manusia. Pengguna smartphone cenderung akan bersikap egois, sombong, narsis, dan acuh tak acuh pada keadaan disekitarnya. Gejala-gejala tadi juga termasuk penderita nomophobia akut. [sumber]


























































































 
Nah... disini nih mulai terjadi kerancuan. Smartphone yang semestinya diciptakan untuk mencerdaskan manusia karena kecanggihannya, justru malah membuat bodoh manusia karena terlalu berlebihan dalam pemakaiannya.

Seberapapun canggihnya smartphone. Toh... benda ini hanyalah sebuah benda mati yang tak bernyawa. Otak manusia saja yang terlanjur dimanjakan oleh segala kecerdasannya. Dan hasilnya adalah apa yang terjadi sekarang ini dimana smartphone semakin hari semakin cerdas tapi manusianya malah semakin bodoh.

Melihat pentingnya smartphone dalam keseharian kita rasanya tak mungkin deh kita sama sekali lepas dari benda yang satu ini. Apalagi selama ini smartphone sudah berjasa menjalin silahturahmi umat manusia dan beberapa diantaranya berakhir di pelaminan. Coba kalian hitung berapa biji jomblo yang “dicomblangin” lewat sosial media di smartphone? Udah enggak kehitung, broh!

Yang seharusnya kita lakukan adalah membatasi pengunaan gadget dan konsekuen dalam menjalankannya. Jangan sampai smartphone yang katanya cerdas itu malah justru membodohi kita dengan membuat kita malas dan menjauhkan kita dari orang orang terdekat.



"Be Wise with Your Smartphone, Guys”   

karena waktu takkan terulang

q










Tidak ada komentar:

Posting Komentar