Hingga saat ini, musik era 90-an masih memberikan
kesan manis bagi para penikmatnya. Gimana enggak? Hampir semua genre musik
tercipta kala itu. Mulai dari slow rock-nya Gigi dan Padi, ada power metalnya
Jamrud dan Boomerang, ada lagu “Marsmellow”-nya D’Cinnamons dan Mocca, dan ada
juga lagu ska dari Tipe X. Dengan beragamnya genre yang ada, penikmat musik
hanya tinggal memilih sesuai dengan selera mereka. Asyik kan?
Ditengah hingar bingarnya musik Indonesia, pasti ada
diantara kita yang mungkin melupakan grup band yang satu ini. Bukan grup band
sih sebenarnya, tapi grup lawak yang menyaru sebagai grup musik. Merekalah Project
Pop.
Cikal bakal grup band ini bermula dari grup musik yang
digawangi Izhur Muchtar dan Denny Chandra yang bernama P-Project. Seiring berjalannya
waktu, untuk menjaga keeksistensian di dunia hiburan, P-Project kemudian
meregenerasi grup mereka dengan merekrut Gumilar Nurochman (Gugum), Wahyu Rudi
Astadi (Odie), Kartika Rachel Panggabean, Djoni Permato (Udjo), Hermann Josis
Mokalu (Yosi) dan Mochamad Fachroni (Oon). Dari merekalah lahir grup band
terkocak yang pernah dimiliki Indonesia bernama Project Pop.
Project Pop mengusung konsep bermusik berbeda dengan
“kakak”-nya. Jika P-Project memparodikan lagu lagu yang sudah tenar sebelumnya,
Project Pop menciptakan lagu-lagu baru dengan sentuhan komedi kreatif.
Siapa saja sih mereka? Yuk kita kenalan…
Melawak itu enggak harus lebay. Pasti ada cara cerdas untuk
membuat orang lain tertawa tanpa hina menghina atau bikin acara joget-joget
ayan. Prinsip ini nih yang coba ditunjukkan oleh anak-anak Project Pop. Mereka
lebih memilih jalur musik sebagai wadah kreatifitas dan ekspresi.
Ini terlihat dari lirik lagu mereka yang jenaka,
tarian mereka yang kocak, dan tingkah laku mereka yang justru membuat penonton
tertawa dan terhibur secara bersamaan. Tapi tetap saja, Project Pop selalu
menyuguhkan candaan segar dan humor yang berkualitas.
Karena berawal dari grup lawak, Project Pop tidak
terpaku dalam satu genre musik saja. Mereka sering bereksperimen dengan
mengkombinasikan banyak genre lagu seperti hip hop, elektronik dance, rock,
pop, hingga dangdut!! Enggak percaya? Ini nih video klip-nya…
Enggak hanya itu, lagunya Kwin (baca: Queen) yang
berjudul “I Will Not Survive” juga habis di utak-atik mereka!
Begitulah… jika ada grup musik yang bisa bikin ngakak
mereka deh jagonya! Kreatiitas dan konsistensi membawa mereka ber-enam
mendapatkan AMI Award sebagai grup vokal terbaik pada 2014. Ntaapss dah!
Dimana mereka sekarang? Kenapa enggak pernah nongol
lagi?
Selidik punya selidik, Project Pop sudah jarang tampil
bareng satu panggung lagi. Bukan, bukan karena mereka budar, tapi karena
kesibukan masing masing personilnya. Mulai dari Yosie yang sibuk jadi
komentator program sepakbola di Net TV, Tika dan Udjo yang sibuk cuap – cuap di
salah satu stasiun radio, hingga oddie yang sudah menjadi ayah.
Walaupun sibuk dengan urusan masing-masing, Project
Pop masih terlihat kompak seperti biasanya. Masih sering kumpul bareng. Ini
terlihat dari banyaknya postingan mereka di instagram @project.pop mulai dari foto dan video
kebersamaan mereka.
Hingga pada tanggal 13 januari 2017, kabar duka
menghampiri Project Pop. Adalah Oon, yang meninggalkan dunia untuk
selama-lamanya. Oon meninggal karena penyakit komplikasi yang sudah lama
dideritanya. Hiks… selamat jalan Oon.
Ujian yang paling berat bagi sebuah grup music adalah
ditinggal salah satu personelnya. Ini juga yang dialami Project Pop sekarang.
Tanpa hadirnya Oon diantara mereka, serasa ada yang kurang diantara mereka.
Enggak ada saingan gendutnya si Tika diatas panggung dan kekurangan kekurangan
lain.
Tapi semua pertanyaan akan konsistensi Project Pop
akan segera terjawab. Karena dalam waktu dekat rencananya mereka akan menggelar
konser tunggal sesuai dengan impian mereka selama ini. Nantinya, tribut untuk
Oon adalah salah satu momen yang paling penting dalam acara itu.
Well… enggak kerasa sudah 20 tahun Project Pop wira
wiri di kancah musik Indonesia. Menghibur banyak penikmat musik Indonesia
dengan aksi kocak dan musik kreatif mereka. Melihat kontribusi mereka berkarya,
seharusnya kita harus berpikir ulang untuk menganggap mereka hanya sebagai grup
musik “pelengkap” saja, tetapi sebagai grup musik utama yang kudu kita kenang
selamanya. Setuju?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar