Jumat, 10 Maret 2017

Project Pop, Band Parodi yang Terlupakan



Hingga saat ini, musik era 90-an masih memberikan kesan manis bagi para penikmatnya. Gimana enggak? Hampir semua genre musik tercipta kala itu. Mulai dari slow rock-nya Gigi dan Padi, ada power metalnya Jamrud dan Boomerang, ada lagu “Marsmellow”-nya D’Cinnamons dan Mocca, dan ada juga lagu ska dari Tipe X. Dengan beragamnya genre yang ada, penikmat musik hanya tinggal memilih sesuai dengan selera mereka. Asyik kan?

Ditengah hingar bingarnya musik Indonesia, pasti ada diantara kita yang mungkin melupakan grup band yang satu ini. Bukan grup band sih sebenarnya, tapi grup lawak yang menyaru sebagai grup musik. Merekalah Project Pop.

Cikal bakal grup band ini bermula dari grup musik yang digawangi Izhur Muchtar dan Denny Chandra yang bernama P-Project. Seiring berjalannya waktu, untuk menjaga keeksistensian di dunia hiburan, P-Project kemudian meregenerasi grup mereka dengan merekrut Gumilar Nurochman (Gugum), Wahyu Rudi Astadi (Odie), Kartika Rachel Panggabean, Djoni Permato (Udjo), Hermann Josis Mokalu (Yosi) dan Mochamad Fachroni (Oon). Dari merekalah lahir grup band terkocak yang pernah dimiliki Indonesia bernama Project Pop.

Project Pop mengusung konsep bermusik berbeda dengan “kakak”-nya. Jika P-Project memparodikan lagu lagu yang sudah tenar sebelumnya, Project Pop menciptakan lagu-lagu baru dengan sentuhan komedi kreatif.

Siapa saja sih mereka? Yuk kita kenalan…



Melawak itu enggak harus lebay. Pasti ada cara cerdas untuk membuat orang lain tertawa tanpa hina menghina atau bikin acara joget-joget ayan. Prinsip ini nih yang coba ditunjukkan oleh anak-anak Project Pop. Mereka lebih memilih jalur musik sebagai wadah kreatifitas dan ekspresi.

Ini terlihat dari lirik lagu mereka yang jenaka, tarian mereka yang kocak, dan tingkah laku mereka yang justru membuat penonton tertawa dan terhibur secara bersamaan. Tapi tetap saja, Project Pop selalu menyuguhkan candaan segar dan humor yang berkualitas.

Karena berawal dari grup lawak, Project Pop tidak terpaku dalam satu genre musik saja. Mereka sering bereksperimen dengan mengkombinasikan banyak genre lagu seperti hip hop, elektronik dance, rock, pop, hingga dangdut!! Enggak percaya? Ini nih video klip-nya…







Enggak hanya itu, lagunya Kwin (baca: Queen) yang berjudul “I Will Not Survive” juga habis di utak-atik mereka!



Begitulah… jika ada grup musik yang bisa bikin ngakak mereka deh jagonya! Kreatiitas dan konsistensi membawa mereka ber-enam mendapatkan AMI Award sebagai grup vokal terbaik pada 2014. Ntaapss dah!


Dimana mereka sekarang? Kenapa enggak pernah nongol lagi?

Selidik punya selidik, Project Pop sudah jarang tampil bareng satu panggung lagi. Bukan, bukan karena mereka budar, tapi karena kesibukan masing masing personilnya. Mulai dari Yosie yang sibuk jadi komentator program sepakbola di Net TV, Tika dan Udjo yang sibuk cuap – cuap di salah satu stasiun radio, hingga oddie yang sudah menjadi ayah.

Walaupun sibuk dengan urusan masing-masing, Project Pop masih terlihat kompak seperti biasanya. Masih sering kumpul bareng. Ini terlihat dari banyaknya postingan mereka di instagram @project.pop mulai dari foto dan video kebersamaan mereka.

Hingga pada tanggal 13 januari 2017, kabar duka menghampiri Project Pop. Adalah Oon, yang meninggalkan dunia untuk selama-lamanya. Oon meninggal karena penyakit komplikasi yang sudah lama dideritanya. Hiks… selamat jalan Oon.


Ujian yang paling berat bagi sebuah grup music adalah ditinggal salah satu personelnya. Ini juga yang dialami Project Pop sekarang. Tanpa hadirnya Oon diantara mereka, serasa ada yang kurang diantara mereka. Enggak ada saingan gendutnya si Tika diatas panggung dan kekurangan kekurangan lain.

Tapi semua pertanyaan akan konsistensi Project Pop akan segera terjawab. Karena dalam waktu dekat rencananya mereka akan menggelar konser tunggal sesuai dengan impian mereka selama ini. Nantinya, tribut untuk Oon adalah salah satu momen yang paling penting dalam acara itu.

Well… enggak kerasa sudah 20 tahun Project Pop wira wiri di kancah musik Indonesia. Menghibur banyak penikmat musik Indonesia dengan aksi kocak dan musik kreatif mereka. Melihat kontribusi mereka berkarya, seharusnya kita harus berpikir ulang untuk menganggap mereka hanya sebagai grup musik “pelengkap” saja, tetapi sebagai grup musik utama yang kudu kita kenang selamanya. Setuju?




Tidak ada komentar:

Posting Komentar