Selasa, 26 Februari 2019

Berita "Cantik", Berita Menarik



Selamat pagi, siang, sore warga netijen yang budiman dimanapun kamu berada.
Bertemu lagi dengan saya dalam sebuah blog yang postingannya engak penting penting amat. Namun, selalu dibuat dengan perasaan yang tulus dan khidmat.

Sekarang ini kita hidup di zaman serba cepat. Hanya dengan sentuhan jempol kita bisa mendapat berita ber-mil – mil jauhnya. Situs beritapun terus tumbuh bak hujan di musim jamur (Ups, sory! Kebalik). Mengalahkan kanal berita konvensional berbasis cetak yang selama ini merajai industri berita tanah air.

Karena banyaknya situs berita maka persainganpun terjadi sangat ketat. Ahli SEO dan programmer berlomba lomba agar situs berita miliknya menguasai mesin pencari seperti google. Beritapun mereka buat dengan judul semenarik mungkin demi mendapatkan visitor sebanyak mungkin. Semakin banyak visitor yang mengunjungi situs berita, semakin banyak pula pundi pundi rupiah


Tapi ada saja oknum wartawan menempatkan uang diatas segala-galanya dibanding susah susah membuat berita yang berbobot dan berkualitas. Orang yang ngaku ngaku wartawan ini lebih memilih membuat berita bombastis atau ‘berita pesanan’ dari kelompok tertentu. Yah, mau gimana lagi? Zaman sekarang siapapun bisa menjadi wartawan dadakan. Hanya dengan bermodal smartphone, seoran tukang becak pun bisa jadi wartawan dadakan. Foto, video, artikel bisa diperjualbelikan kepada kantor berita yang berani membayar mahal.

Bekerja di dunia tulis menulis seperti jurnalistik memang dituntut bekerja se-kreatif mungkin. Apalagi setiap situs berita pasti punya target visitor tersendiri yang harus dipenuhi. Dan sepertinya situs situs berita tadi punya cara tersendiri dalam menggaet visitor sebanyak banyaknya.





Udah puas ngeliatnya? Kalo belum scrool lag juga boleh. Jangan lupa benerin dulu tu celana... xixixixi

Jika kalian jeli, kalian akan dengan mudah menemukan berita berita “cantik” seperti diatas. Berjejal diantara berita politik, olahraga, ataupun kriminal. Berita ini seakan menjadi daya tarik tersendiri ditengah panasnya isu isu yang tengah ada.

Membaca judulnya yang (sedikit) vulgar ditambah dengan foto sensual, pria manapun pasti tergelitik untuk segera meng-klik berita tadi.





Nb: Biasa aja deh ngeliatnya, sob! Enggak usah melotot gitu. Saya ingatkan ya: INI BUKAN SITUS PORNO!

Profesi wanita yang masuk kategori berita inipun bermacam macam. Menyentuh kalangan atas hingga bawah. Mulai dari istri pejabat, polwan, sosialita, hingga penjual dawet sekalipun! Ah, yang bener? Emang ada penjual dawet cantik? Nah, inilah ‘barang dagangan’ yang sedang ditawarkan untuk menggaet jempolers di alam maya.

Menurut harian Kompas yang saya baca (Sayangnya, saya lupa kapan harian ini terbit) setidaknya ada tiga unsur berita yang sangat digemari masyarakat umum, yaitu: Ghost, Girl dan Gun.















Berita – berita “cantik” tadi sudah pasti punya unsur berita “girl” didalamnya. Menurut kode etik jurnalistik sekalipun berita ini sama sekali tidak salah. Toh, berita ini tetaplah sebuah berita. Walaupun, yeah... sifatnya hanya untuk hiburan semata.

Wartawan Zaman Dulu VS Wartawan Zaman Now

Semasa kecil orang tua saya sering bertanya begini: “Cah Bagus, kalo sudah besar nanti kamu mau jadi apa?”. Sayapun dengan mantap menjawab: “Wartawan”.

Menurut saya, bekerja menjadi wartawan itu seru. Bisa blusukan keliling Indonesia, bisa bertemu orang orang penting, atau menjadi saksi kejadian yang mungkin ditulis dalam sejarah bangsa ini.

Menilik dari sisi sejarah, wartawan juga punya andil dalam mewujudkan kemerdekaan negeri ini. terbukti dengan bagaimana mereka menjadi gerakan perjuangan melalui surat kabar, brosur, dan mural di pinggiran jalan demi melawan propaganda penjajah. Mereka tidak memikirkan berapa keuntungan yang diperoleh dari berita itu. Motivasi mereka hanyalah agar negeri kita ini terbebas dari belenggu penjajah. Walaupun nyawa menjadi taruhannya.

Zaman pun terus bergulir. Harga bahan pokok sudah merangkak naik. Berita tentang kepahlawanan sudah tidak laku lagi di pasaran. Yang laku justru adalah berita yang punya unsur 3G tadi. Orientasi jurnalis pun berubah pembela kepentingan bangsa menjadi keuntungan pribadi semata. Rasanya, sangat sulit mencari jurnalis yang punya idealisme di zaman sekarang ini.

Media massa memang bagai pisau bermata dua. Disatu sisi kita sangat dimanjakan dengan ragam berita yang disampaikan untuk menambah wawasan. Disisi lain, media massa juga bisa mengabaikan nilai nilai yang seharusnya ditolak masyarakat.

Sekarang, tinggal kita yang harus pintar pintar memilah dan memilih baik buruknya berita yang ada.

Salam damai...  




Tidak ada komentar:

Posting Komentar