Sore itu hujan datang lagi. Membasuh sudut kering kota kami. Anggrek lunglai tertimpa air. Sejenak, petrichor
merebak memenuhi udara.
Aku masih meringkuk di kasur kamar. Tak peduli atraksi hebat yang terjadi diluar.
Rerantingan menggores pelan kaca jendela. Seakan merayuku untuk mengintip apa
yang terjadi disana. Tanganku membuka kaca jendela itu dan melihat samar.
Dan seketika aku pun terhenyak...
Ketika aku melihat warna pelangi memudar tersaput awan hitam. Spektrumnya
terkikis oleh tarian congkak sang awan. Terhapus semua rasa iba dan kasihan.
Oh, inikah yang kau sebut keindahan?
Tarian air yang merayuku untuk pulang. Mengejar warna indahnya hingga
berjatuhan. Mengubah bentuk hati hingga tak beraturan.
Semilir angin menyadarkanku untuk sadar lagi. Kadang angin ini membuat bulu
kudukku berdiri. Lunglai, kuhempaskan tubuh ini kembali. Tak kusangka hidupku
seperti pelangi yang aku lihat tadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar